TEMPO.CO, Jakarta
- Masuknya peran swasta di sektor pembangunan pertanian Indonesia perlu
diwaspadai. Peneliti senior Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pertanian, Effendi Pasandaran, mengatakan, saat ini peran
swasta semakin besar dalam bidang pertanian. Namun tidak semua
berorientasi pada pencapaian swasembada pangan, khususnya beras.
"Kalau
dulu, swasta ikut dalam sektor pertanian, tapi dalam upaya mencapai
swasembada. Sekarang produk pertanian yang dihasilkan swasta untuk
dikuasai sendiri," kata Effendi dalam diskusi soal pangan di kantor
LIPI, Jakarta, Kamis, 8 November 2012.
Effendi menambahkan,
besarnya peranan swasta saat ini terutama dalam hal pengembangan
teknologi pangan. Seperti produksi beras dan jagung jenis hibrida dan
bioteknologi. "Produk-produk ini hanya sedikit yang berkaitan dengan
kemandirian pangan dan kesejahteraan petani," katanya.
Selain
itu, kekhawatiran yang mulai tampak adalah pengembangan teknologi
pertanian oleh swasta tidak bisa diaplikasikan kembali oleh lembaga
pengetahuan nasional. Akibatnya, pemerintah akan kesulitan memperbaiki
dan meningkatkan produksi pangan melalui teknologi baru.
Menurut
dia, masuknya swasta ke sektor pertanian perlu diantisipasi, terutama
mengenai penguasaan lahan pertanian. Masalah lainnya, perusahaan swasta
internasional sering kali mencoba menguasai lahan pertanian di
negara-negara yang masih memiliki lahan luas.
"Gejala global kini soal land grabbing. Swasta internasional coba kuasai lahan besar di berbagai negara, seperti di Asia," kata Effendi.
Ia
juga mengingatkan ancaman produksi nasional akibat perubahan iklim bisa
menyebabkan krisis pangan. Ketahanan pangan nasional akan sangat
ditentukan oleh pilihan kebijakan pemerintah yang antisipatif dan
adaptif.
"Kadang kita suka menyalahkan faktor lain dalam
menghadapi krisis pangan, seperti iklim," ujarnya. Padahal, krisis
pangan terjadi akibat kebijakan yang salah dalam membangun sistem
produksi pertanian.
Periset Litbang Pertanian, Sumarno,
menambahkan, Indonesia perlu mengadopsi teknologi revolusi hijau. Adopsi
teknologi untuk membantu pengembangan sektor pertanian itu seperti
peningkatan produktivitas lahan dan peningkatan produksi pangan.
"Teknologi
revolusi hijau telah diterapkan di Asia, Amerika Latin, dan sebagian
Afrika. Hasilnya, tercipta varietas unggul pada padi," katanya.
Ia
menjelaskan, Indonesia rawan kekurangan pangan yang disebabkan beberapa
faktor. Antara lain, tingkat konsumsi beras yang tinggi, prasarana
irigasi yang rusak, dan konversi lahan pertanian.
"Perlu kesadaran masyarakat dan pentingnya keberlanjutan sistem produksi," kata dia.
ROSALINA
sumber : http://m.tempo.co/read/news/2012/11/08/090440507/Keterlibatan-Swasta-di-Sektor-Pertanian-Perlu-Diwaspadai
No comments:
Post a Comment